Kelaparan Sebabkan Kehancuran Sosial di Gaza dan Memicu Kekhawatiran Eksodus ke Mesir
Badan-badan bantuan internasional mengatakan bahwa ketertiban umum hancur ketika kelaparan menyebar di Gaza, sehingga memicu kekhawatiran eksodus massal ke Mesir, lapor Reuters.
Jalur pantai yang sempit ini telah berada di bawah blokade penuh Israel sejak dimulainya kampanye pemboman genosida Israel pada tanggal 7 Oktober, dengan warga Palestina dipaksa semakin jauh ke selatan akibat serangan brutal yang dilakukan negara pendudukan tersebut.
Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza telah diusir dari rumah mereka dan penduduk mengatakan tidak mungkin mendapatkan perlindungan, atau mendapatkan lebih banyak makanan, di daerah kantong padat penduduk tersebut, dengan sekitar 18.000 orang telah terbunuh dan pemboman semakin intensif.
Warga Gaza mengatakan orang-orang yang terpaksa mengungsi berulang kali sekarat karena kelaparan dan kedinginan serta pemboman, menggambarkan serangan putus asa terhadap truk bantuan dan harga yang melambung tinggi.
“Apakah ada di antara kita yang mengira bahwa rakyat kita akan mati kelaparan, pernahkah hal itu terlintas dalam pikiran seseorang sebelumnya?” kata Rola Ghanim, salah satu di antara banyak orang yang mengungkapkan kebingungannya di media sosial.
Truk bantuan berisiko dihentikan oleh warga yang putus asa jika mereka melambat di persimpangan, kata Carl Skau, kata wakil direktur eksekutif Program Pangan Dunia PBB.
“Separuh penduduk kelaparan, sembilan dari 10 penduduk tidak makan setiap hari,” katanya kepada Reuters, Sabtu.
Seorang warga Palestina mengatakan dia belum makan selama tiga hari dan harus mengemis roti untuk anak-anaknya.
“Saya berpura-pura kuat namun saya takut saya akan roboh di hadapan mereka kapan saja,” katanya melalui telepon, menolak disebutkan namanya karena takut akan pembalasan.
Setelah gagalnya gencatan senjata selama seminggu pada tanggal 1 Desember, israel memulai serangan darat di selatan pada minggu lalu dan sejak itu terus bergerak dari timur ke jantung kota Khan Yunis, dengan pesawat tempur menyerang wilayah di barat. Kampanye pengebomannya meningkat setelah gencatan senjata sementara.
Para pejabat PBB mengatakan 1,9 juta orang – 85 persen populasi Gaza – mengungsi dan menggambarkan kondisi di wilayah selatan tempat mereka terkonsentrasi sangat buruk.
“Saya memperkirakan ketertiban umum akan segera rusak dan situasi yang lebih buruk dapat terjadi, termasuk penyakit epidemi dan meningkatnya tekanan untuk mengungsi secara massal ke Mesir,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kemarin.
Philippe Lazzarini, komisaris jenderal UNRWA, badan PBB yang bertanggung jawab atas kesejahteraan pengungsi Palestina, menulis pada hari Sabtu bahwa mendorong warga Gaza semakin dekat ke perbatasan berarti “upaya untuk memindahkan warga Palestina ke Mesir”.
Mesir telah lama memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan mengizinkan warga Gaza masuk ke wilayahnya kali ini karena khawatir mereka tidak akan bisa kembali.
Yordania, yang menampung sebagian besar warga Palestina setelah berdirinya israel pada tahun 1948, kemarin menuduh israel berusaha mengosongkan Gaza dari rakyatnya.
Juru bicara pemerintah israel Eylon Levy menyebut tuduhan itu “keterlaluan dan salah,” dan mengatakan negaranya membela diri “dari monster yang melakukan pembantaian 7 Oktober” dan akan membawa mereka ke pengadilan.
israel mengatakan instruksi untuk pindah adalah salah satu langkah untuk melindungi penduduk, namun juga mencegah sebagian besar bantuan masuk ke Gaza. (is/knrp)