Warga Gaza Terpaksa Minum Air Kotor Saat Ini. Akses Terhadap 90% Air Minum di Gaza Telah Hilang
Warga Palestina dari Kamp Pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara mengantri di dekat truk tangki air, membawa wadah plastik di tangan, Anadolu Agency melaporkan (30/1/2024).
Bagi banyak dari mereka, penantian itu sia-sia.
Kapal tanker air tersebut memiliki kapasitas terbatas dan tidak dapat menyediakan air bagi ratusan warga Palestina yang menghabiskan waktu berjam-jam menunggu setiap hari.
Jalur Gaza menderita krisis air yang parah akibat rusaknya infrastruktur akibat perang yang sedang berlangsung.
Situasi ini sangat mengerikan di wilayah utara wilayah kantong tersebut.
Setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, Israel telah memutus pasokan air, makanan, obat-obatan, listrik dan bahan bakar untuk 2,3 juta warga Palestina di Gaza.
Fasilitas desalinasi dan jaringan pembuangan limbah di Gaza telah terganggu karena kekurangan bahan bakar dan listrik sejak pertengahan Oktober tahun lalu, menurut Otoritas Air Palestina.
PBB telah berulang kali memperingatkan penyebaran penyakit akibat krisis air, ditambah dengan kurangnya perlengkapan kebersihan.
Christian Lindmeier, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia, mengatakan kepada Anadolu: “Orang-orang di Gaza hidup dalam bencana, mereka rentan terhadap kematian karena kelaparan, kekurangan gizi, kehausan, atau karena peluru, cedera, dan bangunan runtuh di atas kepala mereka.”
Di area lain di Kamp, warga Palestina berkerumun di sekitar salah satu saluran air yang dihancurkan oleh tentara israel, mencoba mengisi saluran air langsung dari sana.
Karam Abu Nada, seorang warga Palestina berusia 30-an yang sedang menunggu giliran untuk mengisi air dari pipa yang rusak, mengatakan bahwa para penghuni kamp “berkumpul untuk mengambil air meskipun air tersebut terkontaminasi”.
Dia mengatakan kepada Anadolu bahwa mereka biasanya menggunakan air yang tercemar untuk mencuci, membersihkan, dan memasak. Kadang-kadang, mereka menunggu hingga 10 hari untuk mendapatkan air ini, katanya.
Warga Gaza terpaksa menjatah konsumsi air karena hanya tersedia beberapa hari sekali. Mereka meminimalkan jumlah yang digunakan untuk mandi, mencuci piring, dan membersihkan.
Abu Nada mengatakan air yang tercemar berdampak pada mereka, terutama anak-anak, menyebabkan penyakit usus dan kulit di tengah kurangnya obat-obatan untuk mengobati mereka. (is/knrp)