Alkisah di Shati : Orang Tua dan Resep Rahasia Hummus
Pada suatu ketika, seorang laki-laki bernama Saeed Thalib tinggal di sebuah kamp pengungsi bernama Shati.
Shati, dalam bahasa Arab berarti Pantai, dan Talib tinggal sangat dekat dengan pantai. Di sana, ia memiliki beberapa toko, sebuah bisnis yang berkembang pesat yang menjual Hummus, dan makanan Palestina lainnya.
Hummus Talib punya resep rahasia, yang diklaimnya diwarisi dari keluarganya yang melintasi tanah Palestina, dari pesisir utara hingga pesisir selatan saat Nakba, beberapa generasi lalu.
Ketika israel menyerang Shati November lalu, menghancurkannya bersama dengan toko-toko Humus milik Talib, pria tersebut, bersama para penyintas lainnya, melarikan diri ke Rafah, mencari keselamatan.
Kemudian, bulan Ramadhan tiba, dan sedikit makanan yang tersedia bagi masyarakat untuk berbuka puasa setelah seharian kelaparan dan beribadah, tidak cukup untuk memberi makan masyarakat.
Saat itulah Saeed Thalib yang tua turun tangan. Dia mungkin kehilangan tokonya, tetapi tidak kehilangan resep rahasianya.
Maka, ia membuka restoran darurat dengan menggunakan tenda dan beberapa meja plastik. Para relawan berdatangan untuk membantu, beberapa menemukan kacang garbanzo dan bahan-bahan lainnya, sementara yang lain menyiapkan dan menyajikan makanan.
Meskipun ratusan ribu warga Palestina tinggal di Rafah dalam tenda-tenda kumuh tanpa kebutuhan dasar untuk hidup bermartabat, Saeed Thalib memberi mereka kegembiraan dan rasa kebersamaan.
Dia berharap bisa kembali ke kampnya setelah perang, membangun kembali toko-tokonya, dan terus menyebarkan budaya Palestina hingga nafas terakhir. (is/knrp)