israel Targetkan Penghancuran dan Pencemaran Sumber Air di Seluruh Palestina
Sebuah laporan oleh Pacific Institute, sebuah lembaga pemikir non-partisan yang berbasis di California, mengungkapkan bahwa meskipun ukurannya kecil dan hanya menyumbang 0,12 persen dari populasi global, serangan israel terhadap pasokan air Palestina menyumbang seperempat dari seluruh kekerasan tehadap pasokan air secara global pada tahun 2023.
Studi ini mendokumentasikan hampir 350 konflik air di seluruh dunia pada tahun lalu, yang berarti peningkatan sebesar 50 persen dibandingkan tahun 2022. Yang mengkhawatirkan, pasukan dan pemukim israel bertanggung jawab atas 90 tindakan yang sengaja mencemari atau menghancurkan infrastruktur air Palestina di wilayah penjajahan. Jumlah ini setara dengan lebih dari tujuh insiden kekerasan terkait air setiap bulannya.
“Terjadi peningkatan besar-besaran dalam kekerasan terkait air pada tahun 2023, yang terjadi secara luas di seluruh dunia, terutama di Timur Tengah,” kata Dr Peter Gleick, salah satu pendiri Pacific Institute. Ia menambahkan bahwa kasus-kasus ini menyoroti aspek-aspek berbeda dari krisis air yang semakin meningkat: kegagalan untuk menegakkan dan menghormati hukum internasional; kegagalan dalam menyediakan air bersih dan sanitasi yang aman bagi semua orang; dan meningkatnya ancaman perubahan iklim dan kekeringan parah.
Pada bulan Juni, Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan bahwa 67 persen fasilitas air, sanitasi dan infrastruktur telah hancur atau rusak di Jalur Gaza sejak 7 Oktober.
Laporan tersebut merinci sejumlah insiden di Gaza dan Tepi Barat. Di Gaza, dimana situasi perairan sudah sangat buruk sebelum israel melancarkan serangan militernya ke Gaza setelah tanggal 7 Oktober, serangan udara israel telah menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur penting. Salah satu insiden penting adalah penghancuran sebagian panel surya yang didukung UE yang menggerakkan instalasi pengolahan air limbah yang melayani satu juta orang.
Di Tepi Barat, dimana pekan lalu pemukim israel kembali melakukan kekerasan terhadap warga Palestina dengan membakar kota Jit, sebagian besar kekerasan air terkait dengan pemukiman ilegal israel. Laporan tersebut menyebutkan contoh-contoh pemukim yang memompa air limbah ke lahan pertanian Palestina, menghancurkan tangki air dan jaringan pipa, serta mencabut pohon zaitun.
Morgan Shimabuku, peneliti senior di Pacific Institute, menyatakan keprihatinannya atas implikasi temuan ini. “Peningkatan besar kejadian ini menandakan bahwa terlalu sedikit upaya yang dilakukan untuk menjamin akses yang adil terhadap air yang aman dan cukup serta menyoroti kehancuran yang ditimbulkan oleh perang dan kekerasan terhadap masyarakat sipil dan infrastruktur air yang penting,” katanya.
Laporan ini menggarisbawahi semakin besarnya dampak perubahan iklim terhadap konflik terkait air, khususnya di wilayah yang sedang bergulat dengan ketidakstabilan politik. Ketika sumber daya air menjadi semakin langka, potensi kekerasan lebih lanjut dan krisis kemanusiaan menjadi besar, kata laporan tersebut, terutama di wilayah penjajahan Palestina dimana akses terhadap air sudah sangat dibatasi.
Catatan terbaru kekerasan terkait air ini menambah semakin banyak bukti pelanggaran sistematis terhadap hak-hak warga Palestina di bawah penjajahan israel, yang menurut Mahkamah Internasional merupakan tindakan ilegal dalam keputusan penting bulan lalu. (is/knrp)