Masjid Ibrahimi, Ditutup israel Setelah Pelarangan Adzan Sejak 27 Hari Yang Lalu
Otoritas penjajah israel hari Rabu (9/10/2024) menutup Masjid Ibrahimi di kota Hebron, Tepi Barat yang diduduki, bagi jamaah Muslim, membatasi akses hingga Sabtu malam untuk memungkinkan para pemukim israel merayakan hari raya keagamaan.
Menurut Moataz Abu Sneineh, direktur masjid, penutupan tersebut meliputi penguncian gerbang utama masjid dan pelarangan masuk karyawan Kementerian Wakaf.
Abu Sneineh mengkritik tindakan tersebut sebagai pelanggaran kebebasan beragama, menuduh pemerintah israel melakukan rasisme, lapor kantor berita Wafa. Ia juga menyoroti kehadiran militer yang besar di Kota Tua Hebron dan lingkungan sekitarnya, yang telah diubah menjadi zona militer sementara para pemukim diizinkan masuk ke masjid.
Direktur Jenderal Administrasi Umum Wakaf Hebron, Ghassan Al-Rajabi, mengutuk serangan yang sedang berlangsung di tempat suci Muslim tersebut, dengan mencatat bahwa adzan subuh telah dilarang selama 27 hari. Ia menggambarkan penutupan selama empat hari tersebut sebagai pelanggaran yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap situs-situs Muslim di Palestina.
Hal ini terjadi setelah pasukan penjajah israel menutup Masjid Ibrahimi dan mengintensifkan tindakan represif mereka terhadap penduduk Kota Tua minggu lalu, menghalangi masuknya pegawai Kementerian Wakaf dan Urusan Agama.
Ahmed Al-Tamimi, anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, menyebut penutupan tersebut sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kesucian tempat ibadah dan mengkritik otoritas israel karena menggunakan hari raya Yahudi sebagai dalih untuk meningkatkan tindakan represif terhadap warga Palestina, yang selanjutnya membatasi pergerakan dan mata pencaharian mereka.
Ia menekankan bagaimana hari raya ini menyebabkan penggerebekan yang intensif di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem dan Masjid Ibrahimi oleh kelompok-kelompok Yahudi ekstremis, yang memperparah kesulitan yang dihadapi oleh warga Palestina, yang bertujuan untuk mengganggu kehidupan sehari-hari warga Palestina dan melumpuhkan ekonomi mereka. (is/knrp)