Dalam 24 Jam Terakhir, 26 Tentara israel Terluka di Palestina Utara
Dalam 24 jam terakhir, media israel melaporkan bahwa 26 tentara israel terluka, dengan 23 di antaranya terjadi di sepanjang perbatasan Palestina terjajah bagian utara yang rawan dengan Lebanon, sementara tiga tentara terluka di Gaza (20/10/2024).
Serangan pejuang dari lebanon telah menargetkan pos militer israel dan permukiman sipil di Palestina terjajah bagian utara, termasuk wilayah di sekitar Haifa dan Safad, serta pertemuan dan posisi militer di garis depan di sepanjang perbatasan.
Menurut platform berita Lebanon Al-Mayadeen, operasi ini mencerminkan respons strategis terhadap agresi israel di wilayah Lebanon.
Dalam serangkaian serangan terkoordinasi, kelompok itu meluncurkan gelombang roket dan rudal, meluas hingga ke Palestina terjajah bagian utara, selain serangan langsung terhadap pasukan israel yang mencoba menyerbu ke Lebanon.
Dua hari lalu, media israel melaporkan insiden signifikan di mana pesawat nirawak pejuang Lebanon menyerang konsentrasi tentara israel di dekat perbatasan Lebanon, melukai 31 tentara dalam apa yang digambarkan oleh media israel sebagai “insiden sulit”.
Serangan pesawat nirawak ini hanyalah salah satu dari beberapa operasi canggih dan intens dalam beberapa hari terakhir. Sejak dimulainya operasi darat israel, pejuang Libanon mengatakan telah menimbulkan kerugian besar pada pasukan israel.
Kelompok tersebut melaporkan telah menewaskan 55 tentara israel, melukai lebih dari 500 orang, dan menghancurkan lebih dari 20 tank Merkava israel.
Selain itu, operasi yang ilakukan telah meluas melampaui pertempuran perbatasan langsung, dengan rudal yang sekarang menargetkan infrastruktur penting dan lokasi militer jauh di Palestina terjajah bagian utara, mencapai daerah seperti Kiryat Shmona dan Safad.
Ketahanan organisasi tersebut berasal dari persiapan selama puluhan tahun untuk kemungkinan konfrontasi skala besar dengan israel.
Menurut para ahli, termasuk Nicholas Blanford dari The Atlantic Council, pejuang Lebanon telah mengembangkan struktur komando yang fleksibel dan terdesentralisasi yang memungkinkan adaptasi taktis di medan perang.
Pejuang Lebanon telah diberikan otonomi untuk melaksanakan misi mereka secara efektif, dengan tujuan yang jelas: untuk menimbulkan kerusakan maksimum pada pasukan israel yang mencoba melakukan serangan ke wilayah Lebanon.
Pejabat militer israel telah mengakui meningkatnya ancaman yang ditimbulkan oleh pejuang. Menurut laporan dari enam pejabat senior israel, pejuang Lebanon telah terbukti menjadi musuh yang tangguh dan sangat cakap.
The New York Times juga mencatat bahwa operasi pejuang, termasuk serangan roket, serangan pesawat tanpa awak, dan pertempuran jarak dekat, telah menciptakan tantangan yang signifikan bagi pasukan israel. Surat kabar tersebut menggambarkan pelaksanaan taktis pejuang sebagai “rumit” dan “mematikan,” dengan pasukan israel berjuang untuk beradaptasi dengan intensitas perlawanan yang tak terduga. (is/knrp)