PBB: Rencana israel Jajah Jalur Gaza Picu Bencana Kemanusiaan Mengerikan
Jalur Gaza – Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Senin (11/8/2025), memperingatkan bahwa rencana penjajah israel untuk menduduki penuh Jalur Gaza akan menimbulkan “dampak kemanusiaan mengerikan” bagi warga yang sudah menderita kelaparan, kehilangan, dan pengungsian akibat perang sejak 7 Oktober 2023. Informasi ini dibuat menurut laporan yang dilansir dari laman situs aa.com.tr.
Dalam pernyataannya, OCHA menyebut sekitar 86 persen wilayah Jalur Gaza kini berada di bawah perintah pengusiran atau kendali militer penjajah israel, sementara area tersisa – termasuk sebagian Jalur Gaza dan garis pantai selatan — padat dan tidak layak menampung penduduk dalam jumlah besar.
OCHA menilai langkah penjajah israel memaksa ratusan ribu warga mengungsi ke selatan berpotensi menjadi “pengusiran paksa” dan memperburuk krisis, terutama karena rumah sakit di wilayah selatan sudah beroperasi jauh melampaui kapasitasnya.
Rencana yang disetujui otoritas penjajah israel pada 8 Agustus lalu dimulai dengan mengosongkan Kota Gaza yang dihuni sekitar satu juta orang, kemudian mengepung dan melakukan operasi militer ke kawasan tempat tinggal orang Palestina. Sejak Maret lalu, penjajah israel juga melarang masuknya seluruh bahan logistik dan tenda darurat, sementara lebih dari 780 ribu kasus pengungsian baru tercatat.
Menurut OCHA, Jalur Gaza saat ini membutuhkan lebih dari 600 truk bantuan per hari untuk memenuhi kebutuhan minimum 2,4 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza. Namun, penjajah israel hanya mengizinkan masuk dalam jumlah terbatas, di tengah blokade penuh atas semua jalur masuk sejak 2 Maret.
PBB mendesak segera dilakukan gencatan senjata permanen, akses tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan, serta kebebasan kerja bagi semua lembaga internasional, termasuk UNRWA.
Sejak dimulainya serangan, penjajah israel dengan dukungan Amerika Serikat telah menyebabkan 62.004 warga Palestina gugur, melukai 156.230 orang, membuat lebih dari 9.000 hilang, serta menimbulkan kelaparan yang sudah merenggut 263 jiwa, termasuk 112 anak. (wm/knrp)