Sang Pengemban Amanah Itu Telah Pergi
Kembali, Keluarga Besar Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) berduka, kali ini Allah SWT Sang Maha Pencipta, memanggil dengan penuh rahmat-Nya, lelaki pengemban amanah dakwah, yang salah satunya disematkan kepadanya Ketua KNRP Sulawesi Tengah, dialah Muhammad Ali Lamu Allahuyarham…
***
Muhammad Ali Lamu, Lc., adalah putra Sulawesi Tengah kelahiran Donggala, 28 Agustus 1971, terlahir dari pasangan orang tua yang selalu mengajarkan pentingnya ilmu agama kepada putra-putri mereka. Ayahandanya, Ustadz Ali Lamu (Alm) adalah sosok pendidik yang cukup dikenal, khususnya di kalangan warga dan keluarga besar Al Khairaat, sedang ibundanya, Ustadzah Hj. Syifa Abd. Rauf Sulaiman (Almh), juga adalah pendidik, pensiunan PNS Departemen Agama (sekarang, Kementerian Agama).
Ustadz Muhammad, demikian ia biasa disapa, memulai pendidikan formal di SDN Ujuna dan Madrasah Al Khairaat Palu kemudian melanjutkan pendidikan menengah juga di Al Khairaat: Madrasah Tsanawiyah Al Khairaat dan Madrasah Aliyah Al Khairaat Palu. Sementara itu, pendidikan dan gelar akademik, License (Lc.), diperoleh dari Fakultas Syariah Universitas Muhammad Ibnu Saud Cabang Jakarta (LIPIA).
Sejak kecil, ia telah memperlihatkan bakat orator dan sikap kritis terhadap permasalahan sosial-keumatan. Menjadi aktivis berbagai ormas kepemudaan—di antaranya, Himpunan Pemuda Al Khairaat (HPA) Kota Palu, Ikatan Pemuda Al Khairaat Jakarta, dan Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat LIPIA Jakarta—pun menjadi bagian dari pengalaman hidupnya. Hal itulah yang memantapkan langkahnya untuk menjadi seorang da’i ilallah secara profesional hingga kemudian ia diberikan amanah untuk memimpin Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Wilayah Sulawesi Tengah, periode 2012—2016.
Dari pernikahannya dengan Ustadzah Erni Yulianti—yang juga seorang penggerak dakwah asal DKI Jakarta—Allah mengaruniakan kepada mereka 6 orang putra-putri, masing-masing (1) Haninah Ainun Mardiah, (2) Sumayyah Nurus Syahadah, (3) Salman Izzuddin, (4) Naila Izzah Salsabila, dan (5) Umar Abdul Aziz dan (6) Syifa, yang lahir 15 Desember 2014.
Dalam pandangannya, Islam adalah agama yang selalu concern terhadap problem dan dinamika kehidupan dalam seluruh aspeknya. Dalam perspektif itu pula, sampai saat ini, Ustadz Muhammad Ali Lamu juga “mengampu” beberapa amanah yang lain. Di antaranya, Ketua Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Sulawesi Tengah, Ketua Dewan Syariah Wilayah Partai Keadilan Sejahtera (DSW PKS) Sulawesi Tengah, Ketua Fraksi PKS DPRD Kota Palu, dan Ketua Dewan Pengawas di Yayasan dan Lembaga Bimbingan al-Quran (LBQ) Al-Itqan Sulawesi Tengah.
***
Tidak ada, sakit yang berkepanjangan yang Allah berikan, hanya sesak dada beberapa saat saja, yang akhirnya Ustadz Muhammad menemui Allah Sang Maha Pencipta, Kamis 15 Januari 2015, sekitar pukul 11.00 WITA.
Beberapa tokoh masyarakat seperti tidak ingin kehilangan momen kebersamaan terakhirnya dengan Ustadz Muhammad, beberapa diantaranya hadir pada Jum’at 16 Januari 2015 untuk memberikan ungkapan duka, diantaranya Ketua Harian KNRP H. Caca Cahayaningrat, SE., Ketua DPW PKS Sulawesi Tengah H. Zainuddin Tambuala, dan Tokoh Masyarakat Palu Habib Syaikh Segaf Al Jufri yang sekaligus memimpin sholat jenazahnya.
Meskipun diliputi rasa duka yang mendalam, sang isteri yang tegar mengungkapkan rasa bangganya terhadap perjuangan sang suami, terlebih dengan sepak terjangnya untuk memberikan pemahaman kepada kaum muslimin khususnya di Sulawesi Tengah terhadap isu kemanusiaan Palestina.
Satu ungkapan Ustadz Muhammad dua hari sebelum kepergiannya, saat memberikan kajian tentang isu kemanusiaan Palestina, beliau mengatakan, “Andaikata, saya diminta untuk memilih amanah atau jabatan, saya akan memilih bersama KNRP, karena bersama lembaga kemanusiaan yang membantu perjuangan rakyat Palestina, lebih dekat menuju KESYAHIDAN.”
Selamat jalan Ustadz Muhammad, semoga kelak Allah SWT mengumpulkan bersama orang-orang baik yang engkau cintai. Cinta Allah dan rahmat-Nya, insyaAllah, selalu menyertaimu.
Sungguh kematian adalah nasihat bagi yang hidup.
*Biografi oleh Agustan Ahmad dan Mohammad Rizal, ditulis ulang oleh Zakaria*