Derita Anak-Anak Gaza : Meninggal Setiap 40 Menit, Sekali Makan Dalam Tiga Hari
Tentara penjajah israel telah membunuh 16.278 anak Palestina dalam genosida yang telah dilakukannya di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, dengan rata-rata satu anak terbunuh setiap 40 menit, Kementerian Kesehatan melaporkan kemarin (6/5/2025).
Kementerian tersebut mengatakan bahwa “di antara para martir ini terdapat 908 bayi yang tidak menyelesaikan tahun pertama mereka, dan 311 anak yang lahir dan menjadi martir selama perang genosida.”
Kementerian tersebut memperingatkan tentang meningkatnya bencana kesehatan dan kemanusiaan yang diderita Jalur Gaza sebagai akibat dari genosida israel selama lebih dari 18 bulan, yang telah meninggalkan kerusakan yang meluas dan kondisi tragis, terutama di kalangan anak-anak, wanita, dan orang tua.
Direktur Rumah Sakit Lapangan di Kementerian, Marwan Al-Hams, menambahkan bahwa blokade israel dan penutupan penyeberangan selama lebih dari dua bulan telah memperburuk situasi kesehatan. Pusat perawatan kesehatan primer telah ditutup karena pengeboman atau karena terletak di dalam zona evakuasi, sehingga ribuan anak-anak dan wanita hamil tidak memperoleh perawatan medis dasar.
Al-Hams mencatat bahwa vaksin polio masih dilarang masuk, sehingga mengancam upaya pencegahan penyakit tersebut. Kementerian mencatat kematian 57 anak akibat kekurangan gizi dan komplikasi kesehatan, di tengah kekurangan susu obat yang parah, terutama untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Al-Hams menambahkan bahwa mengandalkan satu kali makan tidak lengkap sehari telah menyebabkan banyak anak menderita kekurusan dan kekurangan gizi, “karena mereka telah kehilangan air minum yang aman dan makanan sehat akibat penargetan infrastruktur oleh pendudukan dan penolakan masuknya bantuan.”
Kementerian juga mendokumentasikan pembunuhan anak-anak Palestina saat mereka berusaha mendapatkan jatah makanan dari lembaga amal yang dibom secara langsung.
Kementerian memperingatkan bahwa ribuan anak sekarang kehilangan tempat tinggal dan tinggal di kamp-kamp pengungsian yang kekurangan kebutuhan hidup minimum, sementara ibu hamil menghadapi kesulitan ekstrem untuk mencapai rumah sakit, terutama pada malam hari ketika pengeboman semakin intensif. (is/knrp)