Berita Palestina

Di Senat AS, DAG Serukan Penghentian Genosida Gaza

Lebih dari 100 tenaga medis dari koalisi Doctors Against Genocide (DAG) tiba di Gedung Senat AS pada hari ini (19/2/2025) untuk menuntut intervensi segera guna menghentikan genosida dan pemindahan paksa warga Palestina di Gaza. Aksi ini menjadi sorotan global setelah 15 bulan serangan israel yang menghancurkan infrastruktur kesehatan dan menewaskan puluhan ribu warga sipil, termasuk ribuan anak-anak dilansir dari laman situs Palestine chronicles.

Tuntutan Utama

  1. Dukungan Resolusi Hak Penentuan Nasib Sendiri Palestina
    DAG mendesak Senat AS mengesahkan resolusi yang menegaskan hak rakyat Palestina untuk menentukan masa depan mereka sendiri serta melarang penggunaan aset militer AS di Gaza. Resolusi ini juga menolak rencana mantan Presiden Donald Trump yang mendukung pemindahan paksa warga Gaza ke Mesir dan Yordania — kebijakan yang ditolak kedua negara tersebut.
  2. Pemulihan Pendanaan UNRWA
    Koalisi menekankan pentingnya mengembalikan dana ke Badan Bantuan Palestina (UNRWA), yang mandatnya akan berakhir pada 2026. Penghentian dana AS sejak 2024 atas tuduhan israel terhadap beberapa staf UNRWA dinilai tidak berdasar setelah investigasi PBB gagal membuktikan klaim tersebut.
  3. Pembebasan Dr. Hussam Abu Safiya dan Tenaga Medis
    Dr. Abu Safiya, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara, ditahan secara paksa oleh israel sejak Desember 2024. Ia mengalami interogasi intensif selama 10 hari dan ditahan di Penjara Ofer tanpa akses kuasa hukum. DAG menuntut pembebasannya bersama 400 tenaga medis lainnya yang dianggap sebagai “tahanan tanpa tuduhan”.
  4. Embargo Senjata ke israel
    Sebagai penyuplai 70% persenjataan israel, AS didesak menghentikan aliran senjata yang digunakan dalam serangan mematikan di Gaza. Koalisi menegaskan, “AS memiliki kekuatan untuk menghentikan genosida ini hanya dengan satu panggilan telepon dari Presiden Biden atau Trump”.

Serangan israel sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Gaza, termasuk 109.378 korban luka. Sebanyak 11.000 orang masih terkubur reruntuhan, sementara dua juta warga mengungsi tanpa akses makanan, air bersih, atau layanan kesehatan.

Infrastruktur kesehatan Gaza hancur total: tidak ada rumah sakit utuh di Gaza Utara, dan hanya 5-6 fasilitas yang beroperasi dengan kapasitas terbatas di selatan. Serangan terhadap rumah sakit, seperti pemboman Kamal Adwan pada Desember 2024, disertai penculikan dokter, menjadi bukti pelanggaran hukum humaniter internasional.

Ini bukan kali pertama DAG bergerak. Pada 6 Januari 2025, ribuan tenaga medis dunia mengambil cuti kesehatan mental (#SickFromGenocide) sebagai protes atas “trauma sistematis genosida”. Mereka juga menggelar klinik darurat di jalanan untuk menyoroti ketidakadilan pembiayaan militer AS-israel yang mengorbankan layanan kesehatan dalam negeri AS sendiri.

DAG mengajak publik mendukung petisi mereka melalui actionnetwork.org untuk mendesak Senat menghentikan intervensi militer AS di Gaza. Mereka juga berencana memperluas kampanye “Not Another Child, Not Another Hospital” dengan aksi unjuk rasa besar-besaran dan tekanan sanksi ekonomi terhadap israel. (mf/knrp)

Leave A Comment

Your Comment
All comments are held for moderation.