Generasi Anak Yatim
Raja Abdullah dari Yordania mengecam perang israel di Jalur Gaza, dengan menyatakan bahwa hal itu telah mengakibatkan seluruh generasi baru di Gaza menjadi anak yatim piatu.
Berbicara di Kigali Genocide Memorial di Rwanda pada hari Senin, Abdullah bertanya, “Berapa kali kita mengatakan tidak akan melakukannya lagi, hanya untuk mendapati diri kita menghadapi konflik lain yang berakar pada kebencian dan dehumanisasi?”
Dia mengatakan hampir 30 ribu warga Gaza telah terbunuh atau hilang selama tiga bulan terakhir, dan menambahkan bahwa mayoritas, hampir 70 persen, adalah perempuan dan anak-anak.
“Lebih banyak anak yang meninggal di Gaza dibandingkan konflik lain di seluruh dunia pada tahun lalu,” tegas Abdullah.
“Dari mereka yang selamat, banyak yang kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya—seluruh generasi yatim piatu,” katanya.
Ia lebih lanjut bertanya: “Bagaimana agresi dan penembakan tanpa pandang bulu dapat membawa perdamaian? Bagaimana mereka bisa menjamin keamanan, jika mereka membangun kebencian?”
Memuji kisah Rwanda sebagai “mercusuar bagi kita semua”, Abdullah mengatakan bahwa “tanpa perdamaian yang adil, berdasarkan solusi dua negara, dunia akan terus menanggung akibat buruk karena gagal menyelesaikan konflik ini.”
“Dan kita tidak akan pernah mengetahui perdamaian dan stabilitas sejati di Timur Tengah,” tambahnya.
Abdullah mengatakan peringatan genosida di Rwanda pada tahun 1994 mengajarkan dunia bahwa kenangan itu penting, bahwa kita harus terlebih dahulu mengakui kebrutalan sebelum kita dapat berupaya menuju perdamaian.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 23,210 warga Palestina telah terbunuh, dan 59,167 terluka dalam genosida israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai tanggal 7 Oktober. Perkiraan Palestina dan internasional menyebutkan bahwa mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak. (is/knrp)