Info KNRP

Ikut Peringati Palestine Solidarity Day, Mahasiswa Solo Gelar ‘Half Hour For Palestine’ di CFD

FB_IMG_1448860460016
SOLO – (29/11) Acara Palestine Solodarity yang berlangsung meriah di Istora Senayan, Jakarta, juga bisa dirasakan oleh warga Solo. Adalah puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Alumni Sekolah Penerus Bangsa (SPB) Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) ikut memperingati PSD yang dilaksanakan di Car Free Day (CFD) Jalan Slamet Riyadi, Solo.

Mahasiswa tersebut melakukan aksi di momen Resolusi PBB membagi wilayah Palestina ditetapkan, yakni 29 November 1947. Untuk partisipan yang mengikuti aksi PSD di Solo, mayoritas dari Alumni SPB UNS 2015, namun beberapa mahasiswa UNS lain non SPB juga ikut berpartisipasi. Aksi yang bertajutk ‘Half Hour For Palestine’ ini berlangsung lebih lama dari setengah jam.

Pertama, partisipan dibagi menjadi dua tim yang menyebar di dua titik, yakni Halte Sriwedari dan depan Gramedia. Masing-masing tim melakukan aksi teaterikal yang menggambarkan penindasan Israel terhadap rakyat Palestina. Kemudian dilanjutkan dengan menyebarkan press release dan penggalangan donasi yang nantinya akan disalurkan melalui Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Cabang Surakarta.

PSD ini merupakan aksi pertama kali yang dilakukan di Solo, diprakarsai oleh Ayyasy Yahya, mahasiswa UNS jurusan manajemen yang juga alumni SPB, yang berinisiatif mengajak teman-temannya untuk ikut berpartisipasi melakukan aksi ini. Dilatar belakangi oleh kegelisahannya ketika melihat aksi terror pada suatu malam yang terjadi di Paris, seluruh elemen masyarakat dunia dari mulai anak remaja sampai pejabat-pejabat dunia berbicara tentang kemanusiaan, terorisme, dan mengutuk keras peristiwa terror tersebut.

Tetapi Ayyasy melihat hal yang berbeda ketika seseorang berbicara soal penindasan yang terjadi di Palestina. Semua orang tahu, ataukah pura-pura tidak tahu bahwa satu malam yang terjadi di Paris sama dengan setiap malam di Palestina. Ia melihat adanya ketidakadilan hukum yang ditegakkan oleh negara-negara penguasa dunia. Tetapi giliran Palestina, mereka semua menjadi bisu, seolah-olah tak ada lagi kekuatan.

Model aksi sosial ini diakuinya terinspirasi dari aksi solidaritas untuk Paleastina yang dilakukan sekelompok masyarakat Amerika. “Ada sekelompok masyarakat di Amerika yang melakukan aksi solidaritas dengan pertunjukan teaterikal, Mereka memasang pamflet yang bertuliskan ‘Nothing to see, just another dead Palestine. Keep Walking’ saya rasa itu hal yang unik dan akan menarik perhatian masyarakat yang berlalu-lalang. Namun pada aksi ini kita adakan sedikit modifikasi,” ujar Ayyasy.

Bagi salah satu partisipan PSD, Anesia Kinanti, ia memutuskan ikut dalam aksi ini karena alasan murni solidaritas kemanusiaan. Untuk persiapannya sendiri berlangsung selama satu pekan. Sebelum hari-H diadakan beberapa kali pertemuan dan gladi bersih. Menurutnya, masyarakat Solo sendiri ada yang peduli dan ada pula yang tidak.

Salah satu masyarakat yang peduli lainnya yakni Yuha Risman, mengatakan sangat mendukung aksi mahasiswa seperti ini karena menurutnya hal semacam ini merupakan bentuk solidaritas yang nyata sekaligus syiar. “Kami menginginkan warga dunia sadar, bahwa terorisme yang sebenarnya ada di Palestina, dan kita ingin Palestina terbebas dari segala bentuk penjajahan,” tukasnya.

Untuk kedepanya, tanggal 29 November diharapkan bisa menjadi titik bagi masyarakat Solo bahkan dunia untuk semakin memiliki solidaritas pada rakyat Palestina. Ayyasy sendiri berharap untuk masyarakat khususnya warga Solo untuk benar-benar melihat realita yang terjadi di dunia.

“Benar ya benar, kejam ya kejam, salah ya salah. Jangan sampai mengingkari kebenaran. Jangan sampai mengatakan bahwa Indonesia saja belum beres, ngapain ngurusin negara lain? Perlu diingat bahwa masalah itu akan selalu ada, karena sudah hukum alam. Kalau kita menunggu dulu sampai Indonesia bebas masalah, kita tidak akan mungkin bergerak untuk Palestina,” tutupnya. (kontributor: Ayyash Yahya)