Jabaliya, Kota Hantu Ajang Pembuktian Perlawanan Pejuang Kemerdekaan Palestina
Meskipun analis militer israel mengklaim bahwa “runtuhnya pejuang kemerdekaan Palestina di Jabalya hampir tuntas,” Perlawanan Palestina melakukan beberapa operasi berani dalam beberapa hari terakhir. Kamp pengungsi Jabaliya di Jalur Gaza utara telah berubah menjadi “kota hantu,” dengan sekitar 70 persen rumah dan bangunan hancur total selama serangan israel yang menghancurkan di daerah tersebut, media israel melaporkan pada hari Ahad (22/12/2024).
“Sejauh mata memandang, terbentang bermil-mil rumah yang hancur. Sulit untuk mengalihkan pandangan dari sisa-sisa kamp pengungsi Jabaliya yang hancur di Gaza utara,” tulis Amos Harel, analis urusan militer, di surat kabar israel Haaretz pada hari Ahad. Menurut laporan tersebut, tentara israel memperkirakan bahwa 70 persen bangunan kamp pengungsi hancur total.
“Selama kunjungan singkat ke kamp pada Jumat sore, saya melihat bahwa beberapa bangunan yang masih berdiri pun rusak parah,” kata Harel.
Menurut laporan tersebut, “Jabalya telah menjadi kota hantu”.
Namun, meskipun analis militer mengklaim bahwa “keruntuhan pejuang kemerdekaan Palestina di Jabalya hampir tuntas,” Perlawanan Palestina melakukan beberapa operasi berani dalam beberapa hari terakhir.
Pada Sabtu, pejuang kemerdekaan Palestina mengumumkan bahwa para pejuangnya telah melakukan ‘operasi kompleks’ di tengah kamp pengungsi Jabaliya di Jalur Gaza utara, di mana mereka menikam tiga tentara israel dengan pisau dan menyita senjata pribadi mereka.
Para pejuang kemudian menyerbu sebuah rumah tempat pasukan lain telah membarikade diri dan menyerang dua tentaranya di gerbang rumah tersebut sebelum bentrok dengan pasukan lainnya dari jarak dekat, kata kelompok tersebut.
Dalam operasi lain, juga di Jabaliya, pejuang mengumumkan bahwa granat tangan buatan israel telah dilemparkan ke arah tentara israel di samping sebuah pengangkut pasukan, menewaskan dan melukai mereka.
israel melancarkan operasi darat skala besar di Gaza utara pada tanggal 5 Oktober, yang konon dimaksudkan untuk mencegah pejuang kemerdekaan Palestina berkumpul kembali. Namun, Palestina menuduh israel bermaksud menduduki daerah tersebut dan menggusur paksa penduduknya. (is/knrp)