Ketika PDKT israel ke Indonesia Bertepuk Sebelah Tangan
israel mulanya menyampaikan ucapan selamat kepada Indonesia pada Desember 1949. Presiden Chaim Weizmann dan Perdana Menteri israel David Ben-Gurion mengirim telegram kepada Presiden Soekarno dan Menteri Luar Negeri. Telegram ini berisi apresiasi atas keberhasilan Indonesia mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Belanda pada 27 Desember 1949.
Telegram itu tidak ditanggapi pemerintah Indonesia. Menurut Greg Barton dan Colin Rubenstein dalam Indonesia and israel: A Relationship in Waiting (2005), israel kembali mengirimkan pesan, kali ini berupa pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia.
Pesan ini kemudian berbalas. Wakil Presiden Mohammad Hatta menyampaikan ucapan terima kasih, tetapi menegaskan Indonesia enggan mengakui israel.
“Hatta meresposn surat israel dengan terima kasih, tapi tidak mau menjalin hubungan diplomasi,” ungkap Greg Barton dan Colin Rubenstein.
Tidak berhenti sampai di situ, pada Mei 1950 pemerintah israel kembali mengirim surat berisi tawaran bantuan kepada Indonesia yang tengah membangun roda pemerintahan pasca-perang. Namun, pesan itu kembali diabaikan.
Langkah israel tersebut sejatinya bertujuan mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Indonesia sekaligus membuka hubungan diplomatik. Tetapi, Indonesia tetap menolak mengakui israel dan tidak membuka kerja sama.
Sikap ini kemudian tercermin pada beberapa kebijakan. Dalam Konferensi Asia Afrika 1955, misalnya, pemerintah Indonesia tidak mengajak israel dan memilih mengajak Palestina ikut serta. Lalu, pada ajang Asian Games 1962, pemerintah menolak delegasi israel datang ke Jakarta.
Sampai akhirnya, hubungan diplomatik Indonesia-israel tak terwujud. (is/knrp)