QassamFIghters Ajjour
Berita Palestina

Khawatir Jadi Musuh Pejuang, Tidak Ada Negara Yang Ingin Bantu Trump Masuk ke Gaza

Investigasi oleh The Washington Post mengungkapkan bahwa usulan “Pasukan Stabilisasi Internasional” (ISF) Presiden AS Donald Trump—pilar utama rencananya untuk Gaza yang disahkan melalui resolusi Dewan Keamanan PBB pada 17 November—mulai terbengkalai sebelum pengerahan pasukan (1/12).

Inisiatif tersebut, yang diiklankan sebagai model “penjaga perdamaian” cepat yang bertujuan mengamankan Gaza dan menegakkan demiliterisasi, kini menghadapi perlawanan yang meluas, komitmen asing yang semakin menipis, dan ketidakpastian yang mendalam tentang tujuan, legalitas, dan konsekuensi politiknya.

Menurut The Washington Post, pemerintah yang awalnya diharapkan menyediakan pasukan—termasuk Indonesia, Azerbaijan, Pakistan, Italia, dan beberapa negara Teluk—mundur di tengah kekhawatiran bahwa tentara asing mungkin akan terseret ke dalam konfrontasi bukan dengan israel, melainkan dengan Palestina yang menentang pendudukan dan segala upaya untuk memaksakan kekuasaan eksternal.

“Mereka ingin pasukan stabilisasi internasional datang ke Gaza dan memulihkan, sebut saja, hukum dan ketertiban, serta melucuti perlawanan apa pun. Jadi itulah masalahnya. Tidak ada yang mau melakukan itu,” kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Indonesia kepada surat kabar tersebut.

ISF dibentuk sebagai pasukan berkekuatan 15.000 hingga 20.000 tentara yang bertugas mengamankan perbatasan, mengawasi operasi bantuan kemanusiaan, dan, yang paling kontroversial, melucuti senjata faksi-faksi perlawanan Palestina.

Indonesia, yang secara terbuka mengumumkan pengerahan hingga 20.000 tentara pada bulan September, kini dilaporkan telah mengurangi potensi kontribusinya menjadi sekitar 1.200 personel. Laporan tersebut mengutip pernyataan pejabat militer senior yang menyebutkan kekhawatiran akan diperintahkan untuk menggunakan kekuatan terhadap warga Palestina yang hidup di bawah pengepungan dan pendudukan militer yang berkelanjutan.

Negara-negara lain telah menarik kesimpulan serupa. Menurut Post, Azerbaijan telah mensyaratkan partisipasi dengan penghentian penuh serangan israel. Sementara itu, negara-negara Teluk, yang pernah disebut-sebut sebagai pilar potensial, dilaporkan telah menarik diri sepenuhnya. Seorang diplomat yang mengetahui diskusi tersebut mengatakan kepada Post bahwa “tidak ada negara Teluk Persia yang sekarang bersedia mengirim pasukan.”

Bahkan Italia, salah satu mitra keamanan terdekat Washington di Eropa, mundur dari keterlibatan dalam pertempuran, dan mempertimbangkan peran pelatihan dan penjinakan ranjau yang terbatas, lapor Post. (is/knrp)

Leave A Comment

Your Comment
All comments are held for moderation.