Konvoi Sumoud Hadapi Tantangan Karena Mesir Tolak dan Deportasi Aktivis Kemanusiaan
Penyelenggara konvoi darat yang berupaya menembus blokade israel di Jalur Gaza dilaporkan telah mengumumkan keputusan mereka untuk membatalkan perjalanan konvoi tersebut setelah pihak berwenang di Libya timur menolak mengizinkan mereka menyeberang ke Mesir.
“Diputuskan untuk membatalkan perjalanan konvoi tersebut setelah pasukan Libya timur bersikeras mencegah konvoi tersebut menyeberang ke Sirte,” Aljazeera Arabic mengutip pernyataan Koordinasi Aksi Gabungan untuk Palestina pada hari Senin (17/6/2025).
Komite koordinasi menyatakan bahwa keputusan itu dibuat setelah tidak dapat memperoleh izin keamanan bagi konvoi ‘Sumoud’ (‘Keteguhan’ dalam bahasa Arab) untuk menyeberangi wilayah Libya ke Mesir.
Seruan Pembebasan Aktivis
Namun, juru bicara konvoi Wael Nawar mengatakan kepada Al Jazeera bahwa konvoi tersebut tidak akan kembali ke Tunisia sampai 15 aktivis Libya, Tunisia, dan Aljazair yang ditahan oleh pasukan Libya timur dibebaskan.
“Kami akan melanjutkan aksi duduk kami di daerah Buirat al-Hassoun, sebelah barat Sirte,” kata Nawar.
Pasukan keamanan yang berafiliasi dengan otoritas Libya timur menghentikan konvoi di pinggiran Sirte dan mencegahnya melanjutkan perjalanan, dengan dalih menunggu persetujuan keamanan.
Pilihan yang Perlu Dipertimbangkan
Dalam sebuah pernyataan di halaman Facebook-nya, kelompok tersebut mengatakan: “Kami telah diberitahu oleh otoritas Libya bahwa otoritas Mesir telah menolak permintaan izin yang kami kirimkan ke Kedutaan Besar Mesir di Tunisia melalui semua saluran hukum dan diplomatik yang memungkinkan.”
“Kami memutuskan untuk kembali ke Tunisia dan mencari cara lain untuk mengakhiri pengepungan” di Gaza, pernyataan itu menambahkan.
Kelompok itu menegaskan kembali bahwa konvoi itu “berlangsung damai dan akan tetap damai dan kami akan tetap berada di lokasi dengan damai menunggu” pembebasan para peserta yang ditahan.
Pada hari Sabtu, konvoi itu mengatakan bahwa mereka menjadi sasaran blokade sistematis oleh otoritas Libya timur, yang mencegahnya maju menuju Sirte di utara negara itu.
Pengiriman Makanan, Air Dicegah
Dalam sebuah pernyataan, konvoi itu melaporkan bahwa otoritas Libya timur mencegah pengiriman makanan, air, dan persediaan obat-obatan kepada sekitar 1.500 peserta konvoi, dan mengganggu komunikasi dan jaringan internet, menurut laporan Al Jazeera.
Pernyataan itu menambahkan bahwa pasukan keamanan mengejar dan menangkap sejumlah peserta konvoi, menuduh bahwa video-video itu menyinggung otoritas Libya timur, yang belum berkomentar.
Konvoi Sumoud meminta pihak berwenang ini untuk menghentikan apa yang digambarkannya sebagai “praktik sewenang-wenang yang bertentangan dengan pertimbangan persaudaraan Maghreb dan Arab,” kata laporan itu.
Konvoi, yang berangkat dari Tunisia Senin lalu, mencakup lebih dari 1.500 aktivis dari negara-negara Maghreb sebagai bagian dari gerakan solidaritas rakyat untuk mematahkan pengepungan israel di Gaza.
Menurut penyelenggara, bus-bus itu dijadwalkan melintasi Semenanjung Sinai untuk mencapai kota Arish, yang terletak sekitar 350 kilometer di timur Kairo. Para peserta kemudian dijadwalkan untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sejauh 50 kilometer untuk mencapai sisi Rafah di Mesir.
Secara terpisah, pihak berwenang Mesir pada hari Jumat menahan dan mendeportasi puluhan aktivis yang tiba di negara itu untuk berpartisipasi dalam Global March to Gaza, yang dimaksudkan untuk mematahkan blokade israel di daerah kantong yang dikepung itu. (is/knrp)