Mengenang Shaaban Ahmed Al-Dalu, Pemuda Palestina Korban Pemboman israel di Tenda Pengungsian Gaza
Rekaman video menunjukkan seorang pemuda Palestina dilalap api di dalam tendanya setelah serangan udara israel di halaman Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Jalur Gaza bagian tengah, Anadolu Agency melaporkan (14/10/2024).
Pria berusia 20 tahun itu, Shaaban Ahmed Al-Dalu, seorang mahasiswa teknik perangkat lunak, berteriak minta tolong saat dilalap api.
Kebakaran itu menghancurkan beberapa tenda, menewaskan empat warga Palestina yang mengungsi, termasuk Shaaban dan ibunya, dan melukai lebih dari 40 orang lainnya, menurut Kementerian Kesehatan.
Keluarga Shaaban mengungsi setelah rumah mereka hancur dalam serangan udara israel, yang memaksa mereka untuk berlindung di sebuah tenda di halaman Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di kota Deir Al-Balah.
Meskipun perang, ia tetap berkomitmen pada pendidikannya, belajar daring. Setiap hari, ia harus menempuh perjalanan jauh untuk mengakses internet dan mengikuti kelas-kelasnya.
Upayanya didorong oleh harapan untuk mengamankan masa depan yang lebih baik bagi keluarganya, yang telah dipaksa mengungsi karena perang, saudaranya menjelaskan.
Namun, malam itu, ketika pesawat tempur israel menargetkan perkemahan tenda, Shaaban tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri. Api yang lebih cepat dari kemampuan larinya, membakar dirinya dan tendanya, memadamkan mimpi dan hidupnya.
Sebelum meninggal, Shaaban membagikan sebuah unggahan di akun Instagram miliknya yang mengungkapkan penderitaannya akibat perang israel.
Saya dulu bermimpi besar, tetapi perang menghancurkan mimpi-mimpi itu. Perang telah menghancurkan saya, membuat saya sakit fisik dan mental. Saya menderita depresi dan rambut rontok karena trauma yang terus berlanjut, tulisnya.
“Momen paling menyakitkan malam itu adalah melihatnya terbakar di depan semua orang, tanpa seorang pun yang dapat menolong. Api membakar segalanya, dan tidak seorang pun dapat mendekat karena api yang sangat besar,” kenang saudaranya.
Meskipun mengalami kesulitan akibat perang dan pengepungan israel, Shaaban berpegang teguh pada mimpinya. Ia menghafal kitab suci Islam, Al-Quran, dan bertekad untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi dirinya dan keluarganya.
“Seminggu sebelum ia terbunuh, Shaaban sedang membaca Al-Quran di masjid dekat Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa. Ia selesai membacanya sekitar pukul 1 pagi dan, sekitar setengah jam kemudian, pesawat tempur israel mengebom masjid tersebut. Ia secara ajaib selamat dari serangan itu,” tambahnya.
Shaaban menderita luka ringan dalam serangan itu. Ia kembali untuk tinggal bersama keluarganya di tenda mereka di halaman rumah sakit, tanpa menyadari bahwa dalam beberapa hari, ia akan bersatu kembali dengan teman-temannya dari masjid. (is/knrp)