Netanyahu Bersikeras Melanjutkan Rencana Menjajah Jalur Gaza
Palestina – Perdana Menteri penjajah israel, Benyamin Netanyahu, pada Senin (25/8/2025) menegaskan pemerintahannya akan tetap melanjutkan keputusan menjajah Jalur Gaza, meski menghadapi peringatan dari dalam entitas zionis israel terkait keselamatan tawanan penjajah israel serta kecaman internasional atas dampak langkah tersebut terhadap rakyat Palestina, demikian dilansir aa.com.tr.
Dalam pertemuannya dengan senator Amerika Serikat (AS), Joni Ernst, di Barat Al-Quds, Netanyahu mengatakan keputusan kabinet sudah jelas, yakni membebaskan seluruh tawanan penjajah israel dan menghapus pejuang Palestina di Jalur Gaza. Namun, ia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai kedua tujuan tersebut.
Sebelumnya, pada 8 Agustus, kabinet penjajah israel menyetujui rencana Netanyahu untuk menguasai Jalur Gaza secara bertahap, dimulai dari Kota Gaza dengan pengosongan paksa sekitar 1 juta penduduknya, lalu berlanjut ke kamp-kamp pengungsi di Gaza tengah. Pada 20 Agustus, Menteri Pertahanan penjajah israel, Yisrael Kantz, juga menyetujui operasi militer yang diberi nama “Operasi Gideon 2”, di tengah upaya mediator mendorong gencatan senjata.
Sementara itu, Panglima Militer penjajah israel, Eyal Zamir, memperingatkan Netanyahu bahwa operasi di Kota Gaza dapat menimbulkan ancaman serius terhadap para tawanan penjajah israel. Ia mendesak agar kesepakatan pertukaran tawanan yang tengah dibahas segera diterima.
Menjelang aksi protes besar pada Selasa (26/8/2025), Forum Keluarga Tawanan penjajah israel menyerukan agar otoritas penjajah israel segera mencapai kesepakatan pertukaran dan menghentikan perang. Vicky Cohen, ibu salah satu tentara penjajah israel yang ditawan, Nimrod Cohen, mengajak para pemukim ilegal yahudi israel bergabung dalam demonstrasi untuk memastikan kesepakatan tidak kembali digagalkan. Sejak 7 Oktober 2023, serangan penjajah israel di Jalur Gaza telah membunuh 62.744 orang Palestina dan melukai 158.259 lainnya. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 9.000 orang dilaporkan hilang, sementara ratusan ribu lainnya terpaksa mengungsi, dan ratusan meninggal akibat kelaparan. (wm/knrp)