Pasukan Cadangan israel Tolak Bertugas Karena Lelah dan Ingin Hidup Normal
Ada penurunan 15 hingga 25 persen dalam jumlah prajurit cadangan yang bersedia melapor untuk putaran tugas baru termasuk di unit tempur yang bertempur di Gaza dan Lebanon Selatan, demikian laporan tersebut.
Militer israel tengah menghadapi penurunan substansial dalam jumlah prajurit cadangan yang bersedia melapor untuk bertugas dalam perang yang sedang berlangsung di Gaza dan Lebanon, demikian laporan Yedioth Ahronoth israel (12/11/2024).
“Menurut militer, ada penurunan 15% hingga 25% dalam jumlah prajurit cadangan yang bersedia melapor untuk putaran tugas baru termasuk di unit tempur yang bertempur di Gaza dan Lebanon Selatan,” kata laporan tersebut.
Dikatakan bahwa pada bulan-bulan pertama perang, “100% prajurit yang bertugas di cadangan muncul untuk bergabung dalam pertempuran,” seraya menambahkan bahwa meskipun semua posisi telah terisi, “banyak yang bersikeras untuk dikerahkan dan beberapa bahkan kembali dari perjalanan ke luar negeri untuk mendaftar.”
Namun, dalam beberapa pekan terakhir, jumlah di unit cadangan telah turun menjadi “rata-rata 75-85 persen.”
Alasan utama penurunan ini berasal dari kelelahan, demikian pernyataan laporan tersebut, karena pasukan cadangan bertugas selama berbulan-bulan dan berulang kali dipanggil lagi dan lagi pada tahun sejak perang pecah.
Sumber daya para prajurit cadangan sangat terbatas, dan sangat sulit bagi orang untuk absen begitu lama di tengah kehidupan. Itulah sebabnya ada penurunan diam-diam dalam jumlah prajurit yang melapor untuk bertugas, menurut pejabat militer israel.
“Para prajurit cadangan sering tidak memprotes atau membuat pernyataan publik dan kami tidak dapat membantah, melawan mereka, atau menuntut dengan paksa mereka untuk bertugas,” mereka menambahkan.
Pada tahun baru, prajurit cadangan akan diminta untuk bertugas setidaknya 100 hari dan dipanggil selama 45 hingga 60 hari setiap empat bulan rata-rata, menurut laporan itu. (is/knrp)