Barghouti
Berita Palestina

Sekjen Inisiatif Nasional Palestina : Indonesia Harus Dukung Orang Palestina Untuk Tetap Tinggal di Tanah Airnya

Dr. Mustafa Barghouti, Sekretaris Jenderal Inisiatif Nasional Palestina, memperingatkan upaya AS untuk mengeksploitasi keinginan rakyat Indonesia untuk membantu rakyat Gaza sebagai dalih untuk memajukan skema yang bertujuan mengusir paksa warga Palestina dari Jalur Gaza dengan kedok “kemanusiaan”.

Berbicara dalam konferensi pers selama kunjungan resminya ke Indonesia (3/9/2025), Barghouti mengatakan bahwa israel melakukan tiga kejahatan perang besar di Gaza: genosida, pembersihan etnis, dan penerapan hukuman kolektif, termasuk kelaparan. Ia menekankan bahwa yang paling berbahaya dari semua ini adalah upaya untuk mengusir penduduk Gaza dari tanah air mereka setelah memaksa mereka, melalui pemboman berdarah, ke tempat yang telah menjadi kamp penahanan terbesar dalam sejarah modern di selatan Jalur Gaza.

Barghouti menambahkan bahwa rakyat Palestina menghadapi upaya paling serius untuk mengusir mereka dari tanah mereka sejak 1948, dengan israel mengerahkan berbagai cara untuk mencapai tujuan ini, termasuk pemboman tanpa henti, kelaparan yang disengaja, dan merampas obat-obatan, air, dan listrik dari warga sipil. Ia menekankan bahwa apa yang disebut “relokasi kemanusiaan” ke negara-negara tertentu, terutama yang jauh, tidak lebih dari sekadar dalih jahat untuk mencegah warga Palestina kembali, sebagai bagian dari rencana terpadu untuk melikuidasi perjuangan Palestina.

Beliau menyerukan kepada rakyat Indonesia, baik pemimpin maupun rakyatnya, untuk mengambil empat langkah konkret:

  1. Menolak segala bentuk pembersihan etnis dan pemindahan paksa, meskipun dilakukan dengan kedok kemanusiaan. Pastikan bahwa setiap inisiatif medis atau bantuan tidak menjadi sarana untuk mengusir warga Palestina dari tanah air mereka. Sebaliknya, salurkan upaya untuk mendukung rumah sakit dan institusi medis di Gaza sendiri, sebagaimana yang telah dilakukan Indonesia sebelumnya dengan membangun rumah sakit, dan tekan israel untuk menghentikan perang biadabnya dan membuka semua penyeberangan untuk memungkinkan masuknya obat-obatan, peralatan medis, tim medis, dan bantuan kemanusiaan.
  2. Menolak tekanan Amerika dan israel yang bertujuan menyeret Indonesia menuju normalisasi, dan mempertahankan sikap resmi dan rakyat yang tegas dan berprinsip yang mendukung rakyat Palestina dan menolak segala hubungan dengan pendudukan.
  3. Mendorong boikot dan menjatuhkan sanksi terhadap israel, dan bekerja sama dengan negara lain untuk mengisolasi israel secara diplomatis dan ekonomi guna menghentikan agresi kriminalnya terhadap rakyat Palestina.
  4. Mendukung keteguhan rakyat Palestina di tanah mereka di seluruh Palestina, khususnya di Tepi Barat dan Gaza.

Barghouti menyampaikan rasa terima kasih kepada Kementerian Luar Negeri Indonesia dan organisasi masyarakat sipil atas sambutan hangat dan penyelenggaraan kunjungan tersebut. Beliau juga mengunjungi Kedutaan Besar Palestina di Jakarta, di mana beliau bertemu dengan Duta Besar Palestina, Dr. Zuhair Al-Shan, dan mengucapkan terima kasih atas sambutannya.

Dr. Barghouti didampingi oleh Adnan Hmidan, anggota Aliansi Internasional untuk Palestina di Inggris, yang menggambarkan kunjungan tersebut sebagai “sangat penting di masa kritis ini.” Hmidan menjelaskan bahwa pemerintah AS telah memberi israel lampu hijau untuk melakukan kejahatannya di Gaza di tengah kekhawatiran yang nyata akan adanya tekanan yang diberikan untuk memajukan normalisasi dan pengungsian.

Kunjungan tersebut, yang dikoordinasikan dengan Kementerian Luar Negeri Indonesia, mencakup serangkaian pertemuan dengan para pejabat, tokoh politik, agama, dan sosial, serta sesi publik dengan akademisi dan aktivis solidaritas, yang membahas cara-cara untuk memperkuat solidaritas rakyat dan pemerintah terhadap perjuangan Palestina.

Sebagai penutup, Barghouti menekankan bahwa “rakyat Indonesia telah memberikan contoh yang luar biasa dalam solidaritas mereka yang teguh terhadap Palestina, sebuah sikap yang berakar sejak era Presiden Sukarno, ketika Palestina menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.” Ia mencatat bahwa solidaritas yang mengakar kuat ini membentuk benteng melawan upaya israel dan sekutunya untuk mendorong normalisasi atau memaksakan pemindahan paksa, dan tetap menjadi pilar pendukung perjuangan Palestina untuk kebebasan, kepulangan, dan kemenangan atas tujuan mulia mereka. (is/knrp)

Leave A Comment

Your Comment
All comments are held for moderation.