Update Terakhir Kondisi Rumah Sakit di Gaza Setelah 150 Hari Genosida
Dalam perang genosida terhadap Jalur Gaza, israel secara sistematis dan tanpa henti menyerang petugas kesehatan dan infrastruktur Gaza. Karena pengepungan total israel yang diberlakukan di daerah kantong tersebut, rumah sakit tidak memiliki akses terhadap bahan bakar, obat-obatan, dan peralatan medis.
Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah di Jalur Gaza, Ismail Al-Thawabta, membenarkan bahwa 30 rumah sakit dari 34 rumah sakit telah sepenuhnya menghentikan operasi di Jalur Gaza akibat serangan udara israel dan penggerebekan tentara terhadap rumah sakit, yang diubah menjadi Barak militer israel.
Dalam pernyataannya, al-Thawabta mengatakan bahwa saat ini “hanya ada lima rumah sakit yang beroperasi di Jalur Gaza, yaitu :
- Rumah Sakit Abu Yousef Al-Najjar di Kota Rafah
- Rumah Sakit Khusus Kuwait di Kota Rafah
- Rumah Sakit Eropa di timur Khan Yunis. Kota
- Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Kota Deir al-Balah di Gaza tengah,
- Rumah Sakit Khusus Al-Awda yang sangat kecil di Kamp Nuseirat di Jalur Gaza tengah.”
Al-Thawabta menjelaskan bahwa Rumah Sakit Khusus Kuwait adalah rumah sakit kecil dengan kapasitas yang sangat terbatas, sementara di sekitar Rumah Sakit Eropa terus menerus menjadi sasaran penembakan Israel.
Mohammed Ahmed, perwakilan media di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa, menjelaskan bahwa fasilitas medis tersebut adalah satu-satunya rumah sakit pemerintah yang saat ini beroperasi di wilayah tengah Jalur Gaza.
“Sebelum perang, rumah sakit tersebut biasa memberikan layanan medis kepada lebih dari 250.000 warga, sementara sekarang, rumah sakit tersebut melayani lebih dari setengah juta penduduk di wilayah tersebut dan mereka yang mengungsi ke Jalur Gaza tengah akibat perang Israel,” kata Ahmed.
Di kamp pengungsi Nuseirat, Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa telah menambahkan sebuah klinik khusus kecil sesaat sebelum perang.
“Ini adalah rumah sakit yang sangat kecil yang hanya dapat memberikan layanan pertolongan pertama dan ambulans serta memindahkan kasus-kasus kritis dari korban luka ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa. Namun, pihak rumah sakit telah memberikan pelayanan yang baik kepada warga Nuseirat dan para pengungsi, dengan menyediakan layanan ambulans sepanjang waktu,” jelas Ahmed.
Ahmed juga mengatakan bahwa terdapat “kekurangan parah pada semua peralatan medis dan kekurangan bahan bakar yang digunakan untuk mengoperasikan generator listrik dan kendaraan ambulans. Selain itu, kapasitas rumah sakit jauh lebih rendah dibandingkan jumlah korban luka dan korban jiwa yang datang setiap hari.”
Ahmed menyerukan komunitas internasional untuk melakukan intervensi segera dengan memberikan bantuan medis ke rumah sakit di Gaza, memindahkan kasus-kasus kritis ke luar Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan, dan berupaya menyelamatkan rumah sakit yang tersisa di Gaza dari penutupan total. (is/knrp)