Berita Palestina

Hanya Makan Sekali Setiap Dua Hari, Gaza Masuki Status Bencana Kelaparan Nasional

Warga Palestina di Jalur Gaza kini menghadapi risiko kelaparan yang besar di tengah perang genosida yang dilancarkan israel sejak 7 Oktober.

“Keluarga Palestina makan setengah porsi setiap dua hari, sementara penduduk di Jalur Gaza utara bahkan tidak dapat menemukan makanan untuk dimakan karena perang pemusnahan yang telah dilancarkan israel terhadap Jalur Gaza selama berbulan-bulan,” Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah di Gaza, Ismail Al-Thawabta, mengatakan kepada kantor berita Anadolu pada hari Ahad (11/2/2024).

“Penjajah iIsrael mencegah truk bantuan kemanusiaan mencapai wilayah utara Jalur Gaza,” kata Thawabta, menurut Anadolu, seraya mencatat bahwa situasi kemanusiaan di Jalur Gaza utara kini sudah melewati tahap bencana.

Pejabat tersebut dilaporkan menganggap penjajah bertanggung jawab atas blokade Jalur Gaza dan mencegah datangnya bantuan.

Thawabta juga menyerukan penghentian serangan pendudukan terhadap warga sipil, mengakhiri perang, dan memberikan tekanan pada israel untuk menghentikan pengepungan di Jalur Gaza.

Berbagai kelompok hak asasi manusia telah berulang kali menyatakan bahwa israel menggunakan kelaparan penduduk sipil sebagai metode peperangan di Jalur Gaza, yang merupakan kejahatan perang.

“Pasukan israel dengan sengaja menghalangi pengiriman air, makanan, dan bahan bakar. Menghancurkan wilayah pertanian, dan merampas benda-benda yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup penduduk sipil,” kata Human Rights Watch dalam sebuah pernyataan pada bulan Desember lalu.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 28,176 warga Palestina telah terbunuh, dan 67,784 terluka dalam genosida israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai tanggal 7 Oktober.

Selain itu, setidaknya 8.000 orang masih belum ditemukan, diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.

Organisasi-organisasi Palestina dan internasional mengatakan bahwa mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.

Agresi israel juga mengakibatkan hampir dua juta orang terpaksa mengungsi dari seluruh Jalur Gaza, dengan sebagian besar pengungsi terpaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduknya, dekat perbatasan dengan Mesir – yang kini menjadi kota terbesar di Palestina. eksodus massal sejak Nakba 1948. (is/knrp)

Leave A Comment

Your Comment
All comments are held for moderation.