israel Ciptakan Bencana Kelaparan Sebagai Senjata
Ahmed Abu al-Khair, 87 tahun. Dia melarikan diri bersama keluarganya dari kamp Shati, sebelah barat Kota Gaza, pada awal perang.
“Kami pindah ke kamp-kamp di Jalur Gaza tengah, lalu ke kota Khan Yunis, dan sekarang kami tinggal di tenda-tenda pengungsian,” katanya kepada The Palestine Chronicle.
“Kami menjadi sasaran serangan udara ke mana pun kami pergi, dan kelaparan mengikuti kami ke mana pun kami melarikan diri,” lanjut Abu al-Khair.
“Bantuan kemanusiaan harus segera masuk ke Jalur Gaza, dan penjajah harus segera berhenti menggunakan kelaparan sebagai senjata dalam perang yang sedang berlangsung di Gaza. Kami menghadapi pemusnahan akibat roket israel, dan kami menghadapi pemusnahan karena kelaparan akibat kebijakan pendudukan yang sengaja dilakukan terhadap seluruh penduduk Gaza.”
Abu al-Khair mengatakan kepada kami bahwa “semua negara dan PBB harus menekan pendudukan untuk segera membuka penyeberangan Rafah.”
“Kami membutuhkan makanan untuk bertahan hidup. Berat badan kami turun banyak, dan perang telah menyebabkan banyak penyakit.”
Pria berusia 87 tahun itu mengatakan bahwa mimpinya adalah kembali ke rumahnya dan makan tiga kali sehari. Ia pun menyampaikan harapannya agar israel tidak menyerbu kota Rafah.
“Kami terpaksa tinggal di tenda pengungsian untuk melindungi kehidupan anak-anak kami, dan sekarang kami kembali diancam. Pendudukan harus dicegah memasuki pemukiman di kota Rafah,” ujarnya. (is/knrp)